Beberapa puluh tahun yang silam gunung galunggung meletus menggencarkan masyarakat yang ada disekitarnya,, namun kini sisa-sisa letusan itu membekas meninggalkan keindahan, walau sekaligus keindahan itu mengingatkan kembali peristiwa memilukan yang menjadi kenangan pahit bagi warga sekitar galunggung, dimana orang-orang berlari bertebaran mencari perlindungan,, ada sebagian yang terpisah dari keluarganya dan terpaksa harus meninggalkan harta benda yang dimiliki demi menyelamatkan nyawanya. gundukan gunung pasir bekas letusan itu yang kini menjadi mata pencaharian warga terjejer rapih,,, yang cukup mengilaukan mata yang menyaksikan keindahan itu.
Husssss,,, hembusan angin menyibak keindahan sekitar galunggung,, saat pandangan mata berlari beberapa meter,, lebih jauh lagi beberapa kilometer terhampar pesawahan yang ditumbuhi tanaman padi warga sekitar, padi-padi yang sedang menguning bergoyang-goyang daunya melambai-lambai seakan mengajak mata untuk terus dan tak lepas dari memandang keindahan itu. Terlihat dipesawahan itu berdiri beberapa gubuk panggung bertiang kayu jati gelondongan yang tak terlalu besar dan beratapkan anyaman semacam rumput ilalang, gemericik sungai kecil yang mengaliri sawah warga ikut berperan menghiasinya… burung-burung pipit berlari berterbangan saat orang-orangan sawah bergoyang dan tempolong berbunyi kolontreng,,, kolontreng,,,, karena talinya ditarik dari kejauhan oleh sipemilik ladang…
Husssss,,, hembusan angin menyibak keindahan sekitar galunggung,, saat pandangan mata berlari beberapa meter,, lebih jauh lagi beberapa kilometer terhampar pesawahan yang ditumbuhi tanaman padi warga sekitar, padi-padi yang sedang menguning bergoyang-goyang daunya melambai-lambai seakan mengajak mata untuk terus dan tak lepas dari memandang keindahan itu. Terlihat dipesawahan itu berdiri beberapa gubuk panggung bertiang kayu jati gelondongan yang tak terlalu besar dan beratapkan anyaman semacam rumput ilalang, gemericik sungai kecil yang mengaliri sawah warga ikut berperan menghiasinya… burung-burung pipit berlari berterbangan saat orang-orangan sawah bergoyang dan tempolong berbunyi kolontreng,,, kolontreng,,,, karena talinya ditarik dari kejauhan oleh sipemilik ladang…
Tak jauh dari pesawahan berdiri ratusan bangunan yang beraneka ragam dinding ada yang pake anyaman bambu ada yang pake bata ada yang pake tembok namun belum dicat, lantai-lantai dari mulai yang masih tanah, lepaan dan yang sudah pake keramik dengan atap yang rata-rata sama pake genteng, walau ada satu dua yang memakai seng inilah rumah-rumah warga dusun cikole, cihaur beuti, singaparna, kabupaten tasikmalaya, dimana aki Zamhari, Mak bioh dan cucu kesayanganya (Aisyah) tinggal.
Saat gunung galunggung meletus orang-orang sibuk memikirkan keselamatanya masing-masing, mereka berlari bertebaran demi menyelamatkan nyawanya, mereka sudah tidak memikirkan dan tak menghiraukan ladang dan harta yang mereka miliki, hanya diri dan keselamatanya yang mereka pikirkan, yang masih sempat dan kuat berlari mencari tempat yang aman dan lebih nyaman dengan menggendong bayi dan anak-anaknya.
Saat itu bu Nyai Syamsiah yang sedang mengajar ngaji santri-santrinya langsung diberhentikan, ditutup dengan bacaan shadaqallahuladzim,, setelah santri-santrinya bubar,, “aduh... bapak,, ibu,, perutku sakit sekali” tiba-tiba bu nyai Syamsiah mengeluh dan berteriak memanggil bapak dan ibunya, Aki Zamhari langsung menghampiri diikuti Istrinya, dari dapur Mak bioh ngintil dibelakang suaminya mendekati putrinya, “kunaon Neng...”???(1) Mak bioh bertanya dengan logat sunda tasiknya yang lembut bercampur kaget, berbeda dengan aki Zamhari, aki Zamhari justru tersenyum dengan wajah berbinar penuh bahagia, “kenapa aki kox malah senyam-senyum,,” lain paur putrina sakit,,(2) walau laki-laki Aki Zamhari yang selalau ingat dengan usia kandungan putrinya dan sangat memahami tentang kandungan langsung menjawab dengan tenangnya,,, “Ari si Emak jiga nu te apal wae..”.(3) kita akan segera menimang cucu,, “Ayena teh tos salapan sasih kandungan si Eneng teh,,”(4). Sekarang sudah tiba saatnya melahirkan, sakit yang seperti ini tanda-tanda akan melahirkan mak...” papar aki Zamhari. Allahu Akbar, Alhamdulillah... mak bioh berubah yang tadinya khawatir menjadi bertakbir, dan membaca hamdalah sebagai rasa syukur disusul dengan sujud syukur.. “begitulah ceritanya Aisyah,,,” kata aki Zamhari yang sedang berkisah kepada cucunya di gubuk panggung yang letaknya ditengah-tengah sawah. “Lalu setelah itu bagaimana ibu kek,,,?”kata aisyah’ sambil memohon lanjutan cerita tentang nyai syamsiah saat melahirkan dirinya, hening sejenak aki Zamhari menarik nafas panjang sambil memandang jauh dan sedikit berkaca-kaca terlihat kembali dia dan istrinya/mak bioh saat membawa putri sematawayangnya (nyai syamsiah) menuju ke kamar dan membaringkannya diatas ranjang yang terbuat dari bambu namun rapih dan bersih. “Begitu selanjutntnya aisyah,,,” kata aki Zamhari sambil terus berkisah. “Setelah kake membaringkan ibumu kake membantunya untuk melahirkanmu,”
“Lho…emangnya gak ngundang dokter atu bidan kek,,?” Aisyah memotong. Hehemmm aki Zamhari tersenyum sambil mengusap kepala cucunya.
“Neng…” aki Zamhari kembali bertutur,, “zaman dulu belum kayak sekarang belum ada bidan.. belum pake dokter-dokteran yang pake dokter itu hanya di kota dan orang-orang kaya….kalo seperti kita cukup pake dukun bayi yang penting Gangsar,, cek sepuh baheula mah…” (5)
“kakek juga gak memanggil dukun bayi,, dalam keadaan orang-orang disibukan dengan letusan galunggung kakek agak bingung,, yah kelamaan,,, kasihan ibumu akhirnya langsung kakek bantu tho kakek juga tau tentang persalinan zaman dulu..akhirnya al-hamdulillah ibumu melahirkan dengan selamat, lahirlah cucu kake yang cantiq ini,,,” aki Zamhari sambil menjewer sayang hidung aisyah, “iiihh kakek,,,” aisyah meringis sambil manyun manja. Sesekali aki Zamhari menyeprut kopi pahit ala zaman dulu dingin dan pahit sekali karena tanpa gula,,, si aki melanjutkan kisahnya... “kamu lahir Ea... Ea,,,,ngak,,,,ngak,,,,,,,,suara tangismu mendamaikan dan membahagiakan seisi rumah, ibumu tersenyum,,, dan memintamu dari kake saat kake menggendongmu,,,”
bapak,,, ibumu memamggil kakek”
“iya,,, kunaon neng? kakek menjawab sambil menatap wajah ibumu,,”
“setelah menciumi kening dan pipimu ibumu mengingatkan kakek agar segera adzan ditelingamu,, ini adzani bapak,, sambil menyodorkanmu dari pangkuanya,, kekek langsung adzan ditelinga kanan dan iqomah ditelinga kirimu,,, sementara ibumu meminta ijin untuk istirahat,,, nenekmu yang dari tadi menyiapkan air bersih dan hangat untuk mandi kamu dan ibumu langsung mengiyakan,,, iya neng kamu istirahat dulu,, si jabang bayi nanti emak yang mandiin,”
iya emak kata ibumu sambil langsung memejamkan mata.”
Nenekmu langsung menggendongmu mendekati air yang sudah disediakan di bak kecil,, nenekmu senang sekali, selesai memandikanmu langsung menimang-nimang diiringi bacaan sholawat dengan irama klasik namun menyentuh hati,,, sesekali nenekmu menyelingingnya dengan bacaan pashaoltan tafa’ulan kalo kata ora zaman dulu mah... biar kamu jadi orang yang mencintai nabi dan memahami betul tentang sholat dan rajin melaksanakanya.”
“Assalaamualaikum’ suara laki-laki yang sudah tidak asing ditelinga kami mengucap salam saat kami asyik bermain-main denganmu Aisyah,,”
“Waalaikumssalam,,,’ serentak kakek dan nenekmu menjawab diringi tangismu ,, mungin kamu mau ikut menjawab salam ayahmu, “gimana jang” pengajianya,,??? kakek langsung tanya,, soalnya ayahmu baru pulang mengisi pengajian di Dusun Ci Sadane kampung sebelah yang letaknya di sebelah utara kampung kita Aisyah,,,”
“alhamdulillah abah,, jamaahnya makin banyak bapakmu menjawab dengan nada lembut,, bapakmu sangat tawadhuuu, orang-orang kampung kita, juga kampung cisadane semua memanggil bapakmu ajengan (kiai) dan Ibumu ikut dipanggil bu nyai,,, padahal jika dilihat dari usia mereka terpaut jauh lebih tua dibanding ibu dan bapakmu,,, tapi itulah orang-orang dulu sangat menghormati orang yang berilmu,,, apalagi kalau kiainya kiai sepuh,,, berbeda dengan orang-orang zaman sekarang yang tidak bisa membedakan orang berilmu dan yang tidak,, bahkan sudah pada menjauh,, pada cuek sama ulama gak peduli bahkan banyak yang memusuhi dan menjelek-jelekan ulama.”
Setelah menjawab pertanyaan kakek ayahmu langsung menggendongmu, menimang dan menciumimu. Abah,,,, ini udah diadzani belum??? Kata ayahmu,,, Udah ujang (nak) tadi langsung abah adzani, soalnya kalau nunggu kamu takut terlamabat,, katanya kan kalau tidak langsung keburu dimasukin syetan Ummu sibyan kitu sanes ujang (begitu kan nak)??? Sumuhun abah... haturnuhun (iya abah,,, terimakasih) bapakmu mengucapkan terimakasih pada kakek. Eh... nyai mana abah? Ayahmu menanyakan ibumu,, itu ujang... tadi dia langsung istirahat, sambil menengok kearah ibumu kakek menjawab,, ayahmu mendekati ibumu,,, nyai... ini anak kita cantiq kata ayahmu sambil mencoba membangunkan ibumu, berkali-kali ibumu tak kunjug membuka matanya,,, setelah selang beberapa menit bapakmu terdiam dan langsung memberikan kamu sama kakek.... aya naon jang? Kakek bertanya sambil terus memandangi wajah ayahmu,,,, nyai abah, knp si eneng jang ?Inalillahi wainnailaihi rojiunn.. nyai sudah dipinta oleh yang punya abah... nyai sudah tiada, kakek terisak tak terasa air mata kakek menetesi kamu aisyah... nenekmu yang hampir menjerit langsung didekati ayahmu. mak...ayahmu memegang tangan nenekmu,, kita semua sakit, kita semua kehilangan tapi ingat mak ikhlaskan nyai... tidak baik menjerit-jerit apalagi kalo emak memanggil-manggil kebaikannya saat nyai hidup,,, itu akan membuat nyai gelap itu hadits mak...ayahmu terus menguatkan nenekmu... nenekmu memeluk ayahmu sambil terisak-isak,,, ujang emak bahagia dengan kehadiran si jabang bayi... tapi kenapa yang satu justru meninggalkan ujang, kenapa dibalik kebahagiaan kita dengan kehadiran si eneng bayi harus ada duka.. kenapa ibunya pergi dengan begitu cepat dan tak terduga, mak,,, ini sudah kehendak Allah, kita semua miliknya,,, kita yang dititipi, kita yang dipijami,,, harus merelakan jika pemiliknya sudah meminta dan mau mengambilnya,,,yakinlah mak si eneng kecil ini sebagai penggantinya... yang satu diambil kita dititipi yang lain,,,kalau kita masih dititipi berarti yang nitip percaya sama kita...kita jaga amanat ini mak,, iya ujang nenekmu ngangguk yang dari tadi terus dinasihati ayahmu... setelah kepergian ibumu hari demi hari,, dari minggu ke minggu hingga tak terasa sudah khoul pertama ibumu.. kami terus menjalankan aktifitas seperti biasanya,, karena ayahmu yang selalu menyemangati hidup kami walau kami tau dibalik wajah yang selalu tenang, tegar,, penuh senyuman... ayahmu menyimpan duka dan rasa terpukul karena klehilangan ibumu,,, ayah dan ibumu menikah dipondok dan kiyainya yang menikahkan karena telah dianggap lulus dan cukup untuk membimbing dan mengarahkan masyarakat kearah yang lebih baik,,, tapi walaupun begitu mereka bukan dijidohkan mereka saling mencintai,, dan walinya kakek wakilkan sama pak kiainya,,, berkali-kali kakek dan nenekmu menyarankan agar ayahmu menikah lagi,, kasihan ayahmu... tapi dia selalu menjawab ingsya allah abah... manawi tos aya nu cocog ( barang kali sudah ada yang cocok) kalo masalah kamu,, kami juga tidak ingin menitipkanmu kepada ibu tiri,,, kami masih sanggup, bisa dan bahagia mengurusmu.. ayahmu selalu jawab yang sama kalau kami menyinggung masalah nikah lagi,,, hingga sudah mendekati khoul ibumu yang kedua... bapakmu tiba-tiba ngobrol sama kakek... abah saya sama nyai hanya lulusan pondok... saya juga tidak ingin aisyah tidak mondok saya ingin aisyah kenal dengan yang namanya ngaji, kenal pondok, kenal ulama,,, tapi... saya juga ingin nanti aisyah disamping mengenyam pendidikan pesantren sekolah setinggi-tingginya... lihat sekarang abah dikampung tetangga yang agak mendekati kota, anak-anak remaja sudah berbeda,,, gaya bicaranya, cara berpakaianya,, dan lain sebagainya... saya yakin kedepan lebih dari itu,,, makanya aisyah harus tau hal itu,, dan harus mengenal teknologi biar tidak ketinggalan, biar bisa menyetir teknologi yang semakin canggih dan tidak terbawa arus karena dia punya dasar agama... hari berganti hari ayahmu sakit dan kemudian menyusul ibumu...baju aki Zamhari basah... ternyata aisyah yang sedari tadi menyimak... sudah memeluk erat kakeknya dan terus terisak sampai air matanya sedikit membasahi baju bagian depan aki zamhari....
Aisyah... kakek cerita bukan untuk membuatmu nangis,,, tapi kakek merasa umurmu sudah cukup untuk mendengar tentang perjuangan ibu dan ayahmu,, jangan menagis neng.. kamu harus jadi penerusnya penerus ibu dan ayahmu membimbing Masyarakat ke arah yang lebih baik.
Ingat Aisyah...kanjeng nabi juga terlahir sebagai yatim,,, tumbuh besar, dewasa dan menjadi orang berpengaruh didunia dalam keadan yatim piyatu, sudah neng.... ingat ayah dan ibumu... ingat ayahmu bagaimana washiat sama kakek... walau kita diam dikampung, gak usah minder,, gak usah malu.
Aisyah,,, sudah sore,,, kita sholat ashar disini saja,,, nenekmu sengaja naruh mukena satu disini buat sholat kalau kesorean disawah katanya... iya kek,, aisyah mengiyakan.
waktu semakin sore,, senja hari mewarnai keindahan pesawahan kampung cikole langit yang tadinya biru terlihat menguning tanda mentari segera bersembunyi dibalik gunung dibarat sana sinarnya yang semakin suram mengiringi langkah kakek dan cucu kesayanganya menuju sungai mengambil air wudhu, mereka sholat,,,selesai sholat aki Zamhari dan Aisyah langsung bergegas pulang.
senja berganti malam... suasana dirumah aki zamhari sangat damai walau sederhana tapi indah diwarnai lantunan ayat-ayat suci al-qur’an yang sedang dibacakan oleh aisyah,,, aki Zamhari yang sudah selesai dzikiran langsung keruang tengah... aisyahpun mengahiri tadarusnya shodaqallahuladzimmm... aisyah langsung menyusul kakeknya ke tengah, Mak bioh muncul dari dapur membawa ubi rebus, poci yang berisi teh panas dan tiga cangkir yang masih kosong... sambil duduk mak bioh mulai membuka percakapan ayo aki... neng,, ini ubi rebus,,enak sudah dingin,,, nenek siapkan dari tadi sore,,, bagaimana keadan sawah neng??? Mak bioh tanya sama aisyah,,, burung pipitnya banyak sekali nek.., tapi padinya bagus nek,, aisyah menjawab sambil membantu neneknya mengisi cangkir dengan teh panas yang ada dipoci.. tak terasa mak Bioh, aki Zamhari dan Aisyah sudah satu jam ngobrol-ngobrol sambil menikmati teh panas dan ubi rebus,,,hingga akhirnya mak Bioh membahas tentang Garong (Komplotan maling) yang merajalela dikampung tetangganya, aki,,, di kampung palih kidul (sebelah selatan) lagi rame-rame garong... dimana emak... dikampung ciwaru sanes (dimana mak... dikampung Ciwaru bukan)? Aki Zamhari menimpali dengan nada kaget. Sumuhun aki,, (iya aki,,) kata mak bioh sambil bertanya lagi pada suaminya, bagaimana kalau sampai kekampung kita,,??? Tenang emak gk usah khawatir... si Aki menjawab sambil terus mengobrol dan menengok kearah cucunya,,, Aisyah, kampung Ciwaru itu warganya berbeda sekali dengan warga cisadane,, dari dulu warga ciwaru tidak pernah suka sama ulama,,, warga ciwaru hasil panenya selalu banyak,, tapi setiap kali panen pasti ada kejadian yang tidak diinginkan oleh warganya, dulu panenya banyak sekali,,, tiba-tiba ada tanah longsor, gempa,,dan kini.. berita dari nenekmu ada segerombol maling yang terus beroprasi seperti dijadwal setiap malamnya.. malam ini rumah A besoknya B, C dan seterusnya. Benar begitu mak? Kata aki Zamhari sambil menoleh kepada Istrinya.. eta carita anu kakupuing ku abdi tiwarga aki,,(itu cerita yang saya dengar dari warga aki,,) mak bioh menjawab sambil mengisi kembali cangkir suaminya, karena air tehnya tinggal setengah... dulu bapakmu sepulangnya dari pengajian pernah juga diledek dan diolok-olok sama orang kampung ciwaru neng.. masa kek,, aisyah yang diceritain kakenknya langsung menimpali.. iya neng,,, kalo kakek ingat-ingat mungkin kejadian-kejadian yang menimpa kampung ciwaru itu sesuai dengan hadits rasul aisyah.. kata aki Zamhari sambil mendesah dan meminum kembali tehnya,, emang hadits rasul yang mana ki.. aisyah penasaran “Akan datang suatu massa pada umatku dimana mereka berlari/ menjauh dari Ulamaaa’ maka Allah akan mendatangkan tigacobaan kepada mereka”. Itu yang dulu kakek dengar dari ayahmumu pas ceramah dimasjid, dan salahsatunya adalah Allah akan menghilangkan kebarokahan dari Usaha mereka. Mungkin ini yang terjadi dengan kampung ciwaru kabarokahana lengit neng (keberkahanya hilang neng). Kata aki Aki Zamhari.. owh,,, kitunya ki (owh... begitu ya kek) aisyah sambil manggut dan menyeruput tehnya juga. Begini aki... mak bioh kembali berkomentar, naon mak? (Kenapa mak) si aki menjawab... kita tidak boleh gegabah,, tidak boleh santai saja yang namanya jaga-jaga dan waspada itu harus,,, barang kali saja garong itu sampai kekampung kita,, mak bioh mengingatkan suaminya. Itu bener kek... tawakal itu kan bukan hanya diam saja tapi setelah adanya usaha Aisyah mendukung pendapat neneknya, lho,,,, kampu pintar neng,, aki zamhari sumringah mendengar tutur kata cucunya sambil berkata,, kalau ibu dan ayahmu ada pasti mereka senang sekali neng,,, udah kek bukanya kata kakek gak usah diingat-ingat yang penting dido’akan dan bagaimana kita yang ditinggalkan biar tetap istiqomah dalam ibadahnya,,, aisyah berkata walau tak terasa agak berkaca karena tak sempat menyaksikan dan tak bisa mengingat wajah kedua orang tuanya,,, hanya bisa mengira-ngira dari cerita kakek dan neneknya.. iya neng.. ucu... mak bioh yang mendengar dan menyaksikan hal itu langsung mendekap cucunya, membelai dan menciumi kepala aisyah. maafkan kakek aisyah.. aki zamhari ikut berkaca-kaca dan menyesali ucapanya
Iya aki,,, kumaha atuh (iya ki,, terus gimana)??? Mak bioh membuyarkan suasana, aki zamhari menjawab ya sudah nanti kakek akan meminta pandangan pada kiyai. iya kek... minta pendapatnya sekalian minta kira-kira jalan keluarnya bagaimana kalau-kalau gerombolan maling itu sampai kekampung kita..kini aisyah kembali bangkit dari pelukan neneknya..
Keesokan harinya Aki Zamhari berangkat menuju kampung ci jambe dengan tujuan bersilaturohim kepada kiai Endang Hasanudin.....
- Kenapa nak???
- bukanya khawatir putrinya sakit
- Emak ini gimana,,, kayak gak tau ajja
- si eneng sekarang udah sembilan bulan kandunganya
- lancar,,, kalo kata orang tua dulu