Kalau saya sih.. ngalap barokah saja,, kata Gus Kamal(23) sambil tersenyum imut. Ustadz yatin yang juga salahsatu peserta pengajian di kelas tersebut memaparkan kenapa syukuranya pake ayam bakar, ya mungkin karena sudah tradisi saja, dari dulu-dulnya mungkin poro kiai mbien begitu, tuturnya dengan menggunakan bahasa jawa,,terus selain itu ya ngalap barokah.
Ya selain ngalap barokah harapan saya hal ini juga akan menjadi pemecah kejenuhan, tatkala ngaji mungkin ada kejenuhan, mudah-mudahan dengan mengadakan syukuran seperti ini akan menjadi salahsatu hiburan dan kedepanya lebih semangat lagi untuk memperdalam kajian kami, soalnya ngaji itu kan tidak cukup sekali saja, perlu disusul muthola’ah juga dicermati lagi,, biar benar-benar faham, tidak ngambang.
Kalo masalah ko pake ayam bakar ya,, kita kan melibatkan pengasuh yang memang beliau mengajar kitab tersebut juga nanti yang mendoa,i.. mendoa’akan sama kita-kita “biar manfaat, biar barokah,,” masa iya kita mau masak sayur terong atau hanya sekedar megono saja, kan gak lucu,,, ya mungkin inipun masih jauh dari kata mengaggungkan yang sesungguhnya,,yang lebih belum bisa, sementara kami baru bisa melakukan ini, mudah-mudahan tercatat amal baik kami, dan juga perwujudan dari rasa hormat kami terhadap ilmu dan ahlinya/ahli Ilmu, kata slahsatu santri yang tidak mau disebutkan namanya.
Ya kami juga mengundang pak ustadz Abidin, tapi beliau tidak datang alasnya karena sudah kenyang, ya tetap saya,, kami, merasakan ada yang kurang walau bisa dikatakan tidak kecewa karena beliau sudah dipanggil sama mas Yatin, tapi katanya sudah keleyep-keleyep masa harus dipaksa. Kata ustadz Akmal
Pak Kiai Memberi Nasehat
Setelah selesai membacakan kalimah terakhir dari kitab Kifayatul al-Awam Kiai Abdul Hadi selaku pengsuh, sekaligus pengampu kitab tersebut memberikat petuah-petuah penting terhadap murid-muridnya
“ iki sampean kabeh wes khatam,, syukuran, tapi jangan merasa puas, diteruskan lagi, dideres soalnya tatkala sesuatu sudah selesai, sudah sempurna, maka akan terlihat kekuranganya, dimusyawarohke, kebukae ilmu kelawan musyawaroh, kalau mentok, tangledke malih teng kulo”
Begitu nasehatnya menggunakan bahasa campur dengan bahasa daerahnya.