Kisah sang pengagum Nabi Muhammad SAW
Diceritakan: Di zaman Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid ada seorang pemuda di daerah Basroh yang perilakunya melebihi batas agama (mbeler nemen). Sehingga penduduk setempat memandang hina. akan tetapi tatkala bulan Rabi'ul awal (bulan maulid) datang, pemuda tersebut mencuci pakainannya, mengenakan wangi-wangian dan berhias, kemudian pemuda tersebut mengadakan kenduri/pesta. Dan di pesta tersebut ia membaca maulid atau sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan dia dawamkan/langgengkan hal tersebut pada masa-masa seterusnya. Kemudian pada suatu waktu dia meninggal dan diwaktu sepeninggalannya penduduk Basroh dikejutkan dengan suara tanpa rupa (hatif) yang menggema di atas langit Bashrah.
“Hai sekalian penduduk Basroh! Hadirilah dan saksikanlah jenazahnya salah seorang waliyullah. Karena dia adalah seorang yang mulia di sisiku,” kata suara tersebut.
Penduduk Bashrah lalu berduyun-duyun menghadiri jenazahnya. Mereka mengurus jenazah itu dengan sebaik-baiknya (memamndikan, mengkafani, menyolati dan menguburkannya). Kemudian penduduk Basroh bermimpi bertemu dengan pemuda tersebut dalam keadaan mengenakan pakaian berbahan sutra yang bagus. Kemudian penduduk Basroh bertanya kepada pemuda tersebut:
“Sebab apa kau mendapatkan keutamaan seperti ini?
Jawab pemuda tersebut: “Sebab dengan mengagungkan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW”
(I'anatuttholibin juz 3 Halaman 415, Karya Sayid Al Bakri bin Sayid Muhammad Syatho Ad-Dimyati)